Breaking

"BAHAYA MASIH MENGANCAM"
"JANGAN KENDOR! TETAP JALANKAN PROTOKOL KESEHATAN"

Friday, March 2, 2018

Megawati, Tjahjo Kumolo dan Menteri Susi Hadiri Ngaben Istri Raja Ubud


BALI.BM- Sekitar pukul 8.30 Waktu Indonesia Tengah (WITA) mobil yang membawa Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo sudah meluncur dari hotel menuju kawasan Ubud, Bali. Hari itu, Jumat (2/3), Menteri Tjahjo berencana akan menghadiri prosesi upacara Pelebon untuk Anak Agung Niang Agung. Ia istri dari mendiang Raja Ubud terakhir Tjokorda Gde Agung Sukawati.

Prosesi Ngaben istri Raja Ubud itu sendiri akan digelar di Puri Agung Ubud, Bali. Upacara ngaben adalah salah satu upacara adat keagamaan Hindu Bali yang paling terkenal. Upacara ini merupakan bentuk penghormatan dari keluarga dan masyarakat setempat terhadap mendiang. Tapi Ngaben ini walau merupakan upacara kematian, suasananya begitu meriah.

Tiba di tempat acara, Puri Agung sudah ramai dengan ribuan orang yang hendak menyaksikan acara Ngaben. Bahkan banyak turis asing yang datang. Mereka seliweran, berbaur dengan warga yang berjubel sekitaran puri. Beruntung, karena ikut Mendagri, wartawan yang ikut bisa masuk ke dalam Puri.

Puri Agung arsitekturnya khas Bali sekali. Gerbang Puri, berupa gapura yang didominasi oleh ukiran-ukiran serta relief khas Pulau Dewata. Badan gapura, didominasi batu bata merah  Masuk ke dalam Puri, ada beberapa bangunan-bangunan, mirip pendopo kecil seperti di Jawa, hanya saja arsitekturnya sangat Bali sekali.

Di dalam Puri pun sudah ramai dengan orang.  Mereka adalah tetamu yang diundang pihak keluarga Kerajaan Ubud. Menteri Tjahjo sendiri setelah disambut, langsung dipersilahkan untuk naik ke sebuah pendopo. Tidak lama, nampak Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yang datang bersama staf khusus Presiden, Sukardi Rinakit. Selang tak beberapa lama, tamu istimewa lainnya datang. Tamu istimewa itu adalah Presiden RI kelima, Megawati Soekarnoputri Putri.

Di pendopo yang sama, Menteri Tjahjo duduk satu deret dengan Megawati dan Menteri Susi. Sambil menunggu acara dimulai, ketiganya asyik mengobrol. Tidak lama kemudian, pihak punya hajatan menginformasikan acara Ngaben akan dimulai. Wakil dari pihak keluarga membuka acara. Katanya, acara Ngaben itu sendiri sudah dimulai dari tanggal 15 Februari. Puncak acara akan dilakukan Jumat 2 Maret.

"Tanggal 15 Februari sudah dilakukan nyiramin layon atau jenazah. Tadi malam, acara perpisahan anak cucu beliau," katanya.

Pukul 12.00, acara dilanjutkan. Di sekitar menara kremasi atau disebut bade tumpang sia, orang sudah berjubel. Bade menjulang ke atas. Langit sedikit mendung. Tapi, hawa siang di Ubud, tetap menyengat. Di depan bade yang menjulang, ada patung kerbau atau biasa disebut lembu silem warna hitam berukuran besar. Patung lembu disangga oleh bambu-bambu besar yang dijalin sedemikian rupa hingga menyerupai tandu. Begitu juga dengan bade yang menjulang. Bagian bawah, disangga tandu besar dari bambu yang dijalin lewat tali tambang. Di pinggir kanan bade berdiri menara raksasa. Tiang-tiang menara dari bambu yang dibungkus kain putih.

Suasana makin ramai, ketika pembawa acara mengumumkan lewat pengeras suara, acara membawa jenazah akan dimulai. Makin berjubel orang memadati bade, patung lembu dan menara. Pecalang yang bertugas, bersama kepolisian sampai susah payahnya menertibkan ribuan orang agar menyingkir ke pinggir jalan, untuk memberi ruang pada orang yang nanti akan menggotong patung lembu, dan bade pembawa jenazah.

Terdengar pembawa acara menginformasikan bahwa acara Ngaben kali ini, telah tercatat oleh Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI), sebagai Pelebon terakbar, bade tertinggi dan penggotong bade terbanyak. Menurut si pembawa acara Bade tingginya 27,5 meter dengan bobot 11 ton. Sementara jumlah peserta acara Pelebon, mulai dari penggotong bade, penari, penabuh gamelan dan lain-lain, mencapai 3910 orang.

Malam hari, sebelum Pelebon di mulai, dalam obrolan disela -sela  makan malam bersama Mendagri,  Penjabat Bupati Gianyar, Ketut Rochineng sampat menyinggung soal acara pelepasan jenazah istri Raja Ubud tersebut. Katanya, ini acara Ngaben paling besar yang pernah terjadi di Bali. Terbesar, bukan hanya karena tingginya bade, tapi juga karena melibatkan ribuan orang.

Menjelang pukul 13.00 WIT,  jenazah istri Raja Ubud pun dibawa ke puncak bade lewat menara bambu berbalut kain putih. Jenazah diangkat, diiringi bunyi gamelan. Lalu jenazah yang sudah dimasukkan kedalam peti yang dibungkus kain putih, dibawa ke atas menara. Kemudian dimasukkan ke sebuah ruang kecil di atas bade. Peti pun diikat.

Yang menarik, ketika jenazah belum diangkat dan dimasukkan, bade yang beratnya 11 ton itu harus diputar dulu, agar ruang kecil tempat menyimpan jenazah benar-benar tepat menghadap  ke mulut menara bambu. Puluhan orang setelah diberi aba-aba, memutar bade. Tidak ada kesulitan berarti, mulut ruang kecil penyimpan jenazah di puncak bade pun akhirnya bisa tepat menghadap ke mulut menara.

Pertama yang bergerak, adalah patung lembu yang digotong. Patung lembu digotong di bawa dengan cepat oleh puluhan orang. Padahal, berat patung lembu, sekitar 1 ton. Patung lembu pun berhasil di bawa ke jalan, lalu berhenti setelah bergerak 15 meteran. Baru kemudian bade yang diangkat. Dipanggul puluhan orang. Diantara pemanggul bade ada beberapa turis asing. Mereka bersemangat ikut memanggul.

Bade seberat 11 ton pun diangkat dengan cepat, keluar dari jalan sempit depan Puri, masuk ke ruas jalan menuju ke pemakaman tempat nanti proses pembakaran jenazah dilakukan. Setelah diangkat sejauh 15 meter, bade kembali di turunkan. Pemanggul berganti orang. Ternyata menurut penuturan seorang panitia, ada beberapa kelompok pemanggul bade yang berasal dari beberapa Banjar di Ubud. Ada sekitar delapan Banjar yang ikut berpartisipasi dalam proses pemanggulan bade jenazah .

Dari sebuah pendopo kecil yang berada di atas, Megawati, Menteri Susi, Mendagri Tjahjo Kumolo, Menteri Pariwisata, Arief Yahya dan Jaksa Agung, M Prasetyo, menyaksikan dengan serius proses pemanggulan bade jenazah dan patung lembu. Setelah bade dan patung lembu diangkat, baru warga yang datang menyaksikan, ramai-ramai berteriak. " Ibu Mega, ibu Susi, pak menteri, foto bu, foto pak."

Megawati dan beberapa menteri yang duduk di pendopo, tersenyum melambaikan tangan. Warga pun berebut mengambil foto dari bawah pendopo. Usai menghadiri acara Ngaben Menteri Tjahjo meninggalkan Ubud. Singgah sebentar di daerah Sanur, untuk makan siang.

"Acara Ngaben ini luar biasa. Ribuan orang ikut. Mereka datang dari 8 Banjar. Benar-benar acara yang luar biasa," kata Tjahjo.

Tjahjo merasa kagum, budaya gotong royong masih kuat terasa di Bali. Setidaknya itu diperlihatkan di acara Ngaben Istri Raja Ubud.
 
 
# Gan | Humas Kemendagri

No comments:

Post a Comment

" Klik! Informasi yang Anda Butuhkan "



"Prakiraan Cuaca Jumat 31 Mei 2024"




"BOFET HARAPAN PERI"

SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS