Pengertian Demam Kuning
Demam kuning (dijuluki "Yellow Jack") adalah sebuah penyakit hemorrhagik virus akut. Virus ini berupa sebuah virus RNA sebesar 40 hingga 50 nm dengan indera positif dari keluarga Flaviviridae.
Virus demam kuning ini ditularkan melalui gigitan nyamuk betina (nyamuk demam kuning, Aedes aegypti, dan spesies lain) dan ditemukan di kawasan tropis dan subtropis di Amerika Selatan dan Afrika, namun tidak di Asia.
Virus demam kuning ini ditularkan melalui gigitan nyamuk betina (nyamuk demam kuning, Aedes aegypti, dan spesies lain) dan ditemukan di kawasan tropis dan subtropis di Amerika Selatan dan Afrika, namun tidak di Asia.
Satu-satunya makhluk yang ditunggangi virus ini adalah primata dan beberapa spesies nyamuk. Penyakit ini diyakini berasal dari Afrika, kemudian dari sana diperkenalkan ke Amerika Selatan melalui perdagangan budak pada abad ke-16. Sejak abad ke-17, beberapa epidemi besar penyakit ini tercatat muncul di Amerika, Afrika dan Eropa. Pada abad ke-19, demam kuning dianggap sebagai salah satu penyakit menular paling berbahaya.
Nyamuk yang membawa virus di dalam tubuhnya ini kemudian menyebarkan ke penduduk di sekitar pengidap maupun turis yang sedang mengunjungi area itu hingga menyebabkan demam dan gangguan serius pada organ hati dan ginjal. Infeksi virus yang telah merambat ke organ hati turut mengganggu fungsi organ ini sehingga menyebabkan perubahan pada warna kulit menjadi menguning.
Penyebab Demam Kuning
Penyebaran demam kuning disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti yang mulanya menggigit penderita penyakit ini, umumnya manusia dan monyet. Nyamuk ini kemudian menularkan demam kuning di antara sesama manusia atau monyet lainnya, atau dari manusia ke monyet, dan sebaliknya. Selain gurun Sahara di Afrika dan area tropis Amerika selatan, atau bahkan pemukiman manusia yang bersih sekalipun, tidak luput dari perkembangbiakan nyamuk ini.
Penyebaran demam kuning disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti yang mulanya menggigit penderita penyakit ini, umumnya manusia dan monyet. Nyamuk ini kemudian menularkan demam kuning di antara sesama manusia atau monyet lainnya, atau dari manusia ke monyet, dan sebaliknya. Selain gurun Sahara di Afrika dan area tropis Amerika selatan, atau bahkan pemukiman manusia yang bersih sekalipun, tidak luput dari perkembangbiakan nyamuk ini.
Virus yang akhirnya berdiam dalam kelenjar saliva nyamuk Aedes aegypti ini kemudian masuk ke aliran darah manusia atau monyet lainnya melalui gigitan dan menyebabkan sakit pada inang baru yang didiaminya. Waspadai senja hingga fajar karena pada waktu-waktu inilah penyebaran virus demam kuning paling banyak terjadi, saat nyamuk Aedes aegypti menjadi sangat aktif.
Gejala Demam Kuning
Demam kuning menyebabkan demam, sakit kepala, mual, muntah, serta nyeri otot pada penderitanya. Umumnya terdapat tiga tahap infeksi virus demam kuning dengan tahap awal yang cenderung tidak dapat dibedakan dari infeksi virus lainnya, atau bisa juga tanpa gejala. Tahapan awal infeksi dapat berlangsung selama 3-4 hari dan biasanya dimulai 3-6 hari sejak infeksi virus atau sejak gigitan nyamuk terjadi. Gejala lain yang mungkin muncul adalah kehilangan nafsu makan, sensitif berlebihan terhadap cahaya, serta kemerahan pada mata, lidah, dan wajah.
Tahapan kedua adalah tahap remisi, di mana keadaan pasien tampak membaik. Secara umum pasien sembuh di tahap yang berlangsung kurang lebih 2 hari ini. Walau begitu, disarankan untuk tetap diwaspadai karena pada sekitar 15-25 persen pasien dapat memasuki fase ketiga yang lebih berisiko dan dapat berujung kematian.
Pada fase ketiga, waspadai munculnya kerusakan pada organ hati yang dapat membuat warna mata dan kulit menjadi kuning. Selain itu, dapat muncul juga demam yang disertai dengan pendarahan di dalam tubuh, muntah darah, peradangan hati atau hepatitis, serta kerusakan multi organ.
Demam kuning menyebabkan demam, sakit kepala, mual, muntah, serta nyeri otot pada penderitanya. Umumnya terdapat tiga tahap infeksi virus demam kuning dengan tahap awal yang cenderung tidak dapat dibedakan dari infeksi virus lainnya, atau bisa juga tanpa gejala. Tahapan awal infeksi dapat berlangsung selama 3-4 hari dan biasanya dimulai 3-6 hari sejak infeksi virus atau sejak gigitan nyamuk terjadi. Gejala lain yang mungkin muncul adalah kehilangan nafsu makan, sensitif berlebihan terhadap cahaya, serta kemerahan pada mata, lidah, dan wajah.
Tahapan kedua adalah tahap remisi, di mana keadaan pasien tampak membaik. Secara umum pasien sembuh di tahap yang berlangsung kurang lebih 2 hari ini. Walau begitu, disarankan untuk tetap diwaspadai karena pada sekitar 15-25 persen pasien dapat memasuki fase ketiga yang lebih berisiko dan dapat berujung kematian.
Pada fase ketiga, waspadai munculnya kerusakan pada organ hati yang dapat membuat warna mata dan kulit menjadi kuning. Selain itu, dapat muncul juga demam yang disertai dengan pendarahan di dalam tubuh, muntah darah, peradangan hati atau hepatitis, serta kerusakan multi organ.
Diagnosis Demam Kuning
Gejala demam kuning cukup umum dan dapat dialami juga oleh beberapa penyakit lain, seperti malaria dan demam berdarah sehingga diagnosis demam kuning diperoleh salah satunya berdasarkan sejarah perjalanan yang dilakukan pasien. Setelah itu dokter akan melakukan tes darah untuk mengetahui keberadaan jenis virus yang terdapat dalam tubuh.
Segera temui dokter begitu Anda merasakan gejala demam kuning yang telah disebutkan di atas, khususnya setelah atau sedang melakukan kunjungan ke negara-negara yang memiliki kasus penyakit demam kuning.
Gejala demam kuning cukup umum dan dapat dialami juga oleh beberapa penyakit lain, seperti malaria dan demam berdarah sehingga diagnosis demam kuning diperoleh salah satunya berdasarkan sejarah perjalanan yang dilakukan pasien. Setelah itu dokter akan melakukan tes darah untuk mengetahui keberadaan jenis virus yang terdapat dalam tubuh.
Segera temui dokter begitu Anda merasakan gejala demam kuning yang telah disebutkan di atas, khususnya setelah atau sedang melakukan kunjungan ke negara-negara yang memiliki kasus penyakit demam kuning.
Pengobatan Demam Kuning
Tidak ada obat antivirus yang dapat menyembuhkan penyakit demam kuning. Namun, penanganan suportif diperlukan untuk menangani gejala. Gejala umum seperti demam, sakit kepala, dan nyeri otot, dapat ditangani menggunakan obat pereda sakit, seperti paracetamol atau ibuprofen. Namun, penyakit lain yang ditimbulkan akibat komplikasi demam kuning, seperti kerusakan organ tubuh pemicu kondisi gagal ginjal tentunya membutuhkan penanganan lanjutan yang sesuai di rumah sakit.
Perawatan yang dapat direkomendasikan untuk demam kuning dapat berupa memberikan oksigen, menjaga tekanan darah, proses dialisis untuk penderita gagal ginjal, dan transfusi sel plasma demi meningkatkan level pembekuan darah.
Tidak ada obat antivirus yang dapat menyembuhkan penyakit demam kuning. Namun, penanganan suportif diperlukan untuk menangani gejala. Gejala umum seperti demam, sakit kepala, dan nyeri otot, dapat ditangani menggunakan obat pereda sakit, seperti paracetamol atau ibuprofen. Namun, penyakit lain yang ditimbulkan akibat komplikasi demam kuning, seperti kerusakan organ tubuh pemicu kondisi gagal ginjal tentunya membutuhkan penanganan lanjutan yang sesuai di rumah sakit.
Perawatan yang dapat direkomendasikan untuk demam kuning dapat berupa memberikan oksigen, menjaga tekanan darah, proses dialisis untuk penderita gagal ginjal, dan transfusi sel plasma demi meningkatkan level pembekuan darah.
Pencegahan Demam Kuning
Demam kuning dapat dicegah dengan pemberian vaksin yang dilakukan sebelum seseorang melakukan perjalanan ke area yang berpotensi menyebarkan demam kuning. Vaksin dapat dilakukan minimal sepuluh hari sebelum waktu keberangkatan dengan waktu ideal pemberian vaksin adalah 3-4 minggu. Usia yang aman untuk menerima vaksin ini adalah pasien dengan jarak usia antara 9 bulan hingga 60 tahun agar terlepas dari risiko penyakit radang otak hingga kematian.
Efek samping dapat berlangsung selama 5-10 hari pasca pemberian vaksin. Adapun efek samping yang dirasakan tergolong umum dan ringan, yaitu demam, sakit kepala, nyeri otot, dan kelelahan serta rasa sakit pada area bekas suntikan vaksinasi. Pada beberapa kasus yang langka, vaksinasi demam kuning dapat menimbulkan reaksi alergi, reaksi pada sistem saraf, dan bahkan kematian sehingga konsultasi kepada dokter sangat disarankan sebelum melakukan vaksinasi.
Orang yang telah mendapatkan vaksin pencegah demam kuning akan mendapatkan sertifikat yang harus diperlihatkan sebelum memasuki area berpotensi. Vaksin ini bertahan hingga 10 tahun atau mungkin seumur hidup. Sertifikat vaksin akan berakhir dalam 10 tahun bila Anda mendapatkannya sebelum Juni 2016. Saat ini World Health Organization menyatakan pemberian penguat/booster vaksin mungkin tidak perlu kecuali pada keadaan-keadaan tertentu.
Anda mungkin harus mendapatkan booster menjelang keberangkatan ke daerah yang terjangkit demam kuning apabila Anda telah mendapatkannya lebih dari 10 tahun yang lalu dan Anda membutuhkan sertifikat vaksin.
Apabila ingin berangkat ke daerah yang terjangkit demam kuning dan mendapatkan vaksin lebih dari 10 tahun, orang-orang berikut juga direkomendasikan untuk mendapatkan booster:
*perempuan yang sedang hamil
*anak di bawah usia dua tahun
*seseorang yang memiliki sistem imunitas yang rendah, seperti penderita HIV dan calon penerima transplantasi sumsum tulang.
Sebagai tindakan pencegahan tambahan, menghindari sengatan nyamuk juga dapat dilakukan dengan cara menggunakan penolak nyamuk pada kulit dan pakaian. Anda dapat menggunakan penolak nyamuk yang mengandung permethrin pada pakaian, sepatu, perlengkapan berkemah, dan pada sekat tambahan pintu maupun jendela. Sementara untuk kulit, gunakan penolak nyamuk khusus kulit yang tahan lama. Penolak nyamuk untuk kulit yang memiliki bahan aktif picaridin, IR3535, dan DEET dalam konsentrasi yang tinggi dapat memberikan perlindungan yang lebih lama dari gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Sebagai tindakan pencegahan tambahan, menghindari sengatan nyamuk juga dapat dilakukan dengan cara menggunakan penolak nyamuk pada kulit dan pakaian. Anda dapat menggunakan penolak nyamuk yang mengandung permethrin pada pakaian, sepatu, perlengkapan berkemah, dan pada sekat tambahan pintu maupun jendela. Sementara untuk kulit, gunakan penolak nyamuk khusus kulit yang tahan lama. Penolak nyamuk untuk kulit yang memiliki bahan aktif picaridin, IR3535, dan DEET dalam konsentrasi yang tinggi dapat memberikan perlindungan yang lebih lama dari gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Gunakan dengan bijaksana dan sesuaikan dengan waktu yang dibutuhkan. Hindari penggunaan penolak nyamuk pada anak yang berusia di bawah usia dua tahun karena mengandung bahan kimia yang berbahaya. Sebagai gantinya Anda dapat menggunakan penolak nyamuk pada kereta dorong atau kelambu antinyamuk saat sedang berada di luar ruangan. Beberapa bahan alami, seperti minyak lemon eucalyptus, dapat pula dipergunakan dengan pengecualian pada anak berusia di bawah usia tiga tahun.
Ingatlah untuk selalu menyimpan data perjalanan Anda, seperti lokasi luar ruangan, terutama jika terdapat pada daerah yang terjangkit demam kuning. Pasien yang pernah atau telah mengalami demam kuning dan sembuh, pada akhirnya secara alami akan membentuk kekebalan tubuh terhadap penyakit ini.
Ingatlah untuk selalu menyimpan data perjalanan Anda, seperti lokasi luar ruangan, terutama jika terdapat pada daerah yang terjangkit demam kuning. Pasien yang pernah atau telah mengalami demam kuning dan sembuh, pada akhirnya secara alami akan membentuk kekebalan tubuh terhadap penyakit ini.
#Gan
Sumber:
*Espinosa, Mariola (2009). Epidemic Invasions: Yellow Fever and the Limits of Cuban Independence, 1878–1930. Chicago: University of Chicago Press. ISBN 9780226218113.
*Murphy, Jim (2003). An American Plague: The True and Terrifying Story of the Yellow Fever Epidemic of 1793. New York: Clarion Books. ISBN 0395776082.
*Nuwer, Deanne Stephens (2009). Plague Among the Magnolias: The 1878 Yellow Fever Epidemic in Mississippi. University of Alabama Press. ISBN 978-0-8173-1653-2.
*Pierce, John R.; Writer, James V. (2005). Yellow Jack: How Yellow Fever Ravaged America and Walter Reed Discovered Its Deadly Secrets. Hoboken: Wiley. ISBN 0471472611.
*Schmaljohn AL, McClain D. (1996). "Alphaviruses (Togaviridae) and Flaviviruses (Flaviviridae)". Di Baron S. Medical Microbiology (4th ed.). Univ of Texas Medical Branch. ISBN 0-9631172-1-1.
* "CDC Yellow Fever". Diakses tanggal 2010-03-13.
* Oldstone, Michael B. A. (2000). Viruses, Plagues, and History (1st ed.). Oxford University Press. p. 45. ISBN 0195134222.
* "Yellow fever fact sheet". WHO—Yellow fever. Diakses tanggal 2006-04-18.
*Alodokter com/ Kesehatankita/ hmpd-untad org/ beritacenter com
















No comments:
Post a Comment