Om Swastyastu. Umat sedharma yang berbahagia. “Pelita Dharma” hari ini mengangkat tema tentang kemanusian dengan judul “Cinta Kasih Menebarkan Kedamaian”
Akar dari makna cinta kasih adalah perbuatan yang selalu dilakukan untuk memberikan sesuatu yang bermanfaat untuk kita semua. Hal ini didasarkan pada pemahaman bahwa kerja yang kita lakukan adalah kewajiban yang harus dilaksanakan, serta akan menjadi sangat mulia, tatkala itu tidak semata berdasarkan keinginan untuk mendapatkan pamrih yang berlebihan.
Umat sedharma yang berbahagia. Dalam Bhagavad Githa II.70 dijelaskan, ‘Apuryamanam acalya prasistam. Samudram apah prawicanti yadwat. Tadwat kama yan prawicanti sarwe. Sa santim apnoti na kama-kami’
“Hanya orang-orang yang tidak terpengaruh oleh arus keinginan, yang mengalir terus-menerus yang masuk bagaikan sungai-sungai ke dalam lautan, yang senantiasa diisi tetapi selalu tetap tenang untuk mencapai kedamaian, bukan orang-orang yang berusaha mengisi keinginan itu yang dapat mencapai kedamaian”.
Umat Sedharma yang berbahagia. Adakalanya perbuatan manusia digerakkan oleh sebuah mesin bernama keinginan. Mesin ini diberikan kesempatan untuk berkuasa maka sebuah gerbang kegelisahan telah terbuka, menunggu untuk menjadikan carut-marut lingkaran perjalanan hidup. Belajar dari pesan-pesan penuh makna nilai kasih sayang ini, saya berharap umat sedharma untuk sejenak membuka ruang hati masing-masing demi sebuah pembelajaran tentang cinta kasih dari sekuntum bunga yang selalu hadir di sekitar kita dan menebarkan kedamaian.
Umat Sedharma yang berbahagia. Ada empat pesan yang ingin dititipkan ke batin kita semua oleh sang bunga, yaitu:
Pertama, bunga selalu berusaha menuju dan mengarah ke atas. Setiap perjalanan rohani, seharusnya membuat kita semakin bergerak maju, mengurangi beban-beban keinginan duniawi. Sehingga, itu membuat langkah kita semakin ringan hingga pada akhirnya membawa kita ke atas menuju perdamaian.
Bunga sudah melakukannya. Bahkan, di ranting yang terendah pun, bunga selalu berusaha untuk mengarahkan dirinya ke atas, seolah-olah berpesan, “Lepaskanlah bebanmu, egomu, mari kita bergerak untuk maju”.
Kedua, bunga selalu memancarkan aroma keharuman. Tak terbantahkan bahwa sebagian besar dari bunga memancarkan aroma keharuman, tidak perduli apakah dia tumbuh di sawah, di ladang, di pinggir jalan, atau bahkan di pinggir got sekali pun. Baik tangan kanan atau tangan kiri yang digunakan untuk memetik bunga tadi, bunga tetap tak terpengaruh. Dia selalu hadir dengan keharuman yang sempurna.
Ketiga, bunga tidak pernah menuntut dan tidak mengeluh. Kehidupan semestinya berubah, karena tiada yang kekal kecuali perubahan itu. Tatkala bunga harus digantikan keberadaannya oleh buah maka bunga menunjukkan sebuah pelajaran yang tak ternilai, yaitu “Jangan pernah mengharapkan kehidupanmu berjalan sesuai dengan keinginanmu. Tatkala kebahagiaan datang, bersiaplah menerima penderitaan di putaran waktu berikutnya”. Bunga tidak pernah menuntut dan tidak mengeluh ketika posisinya harus digantikan oleh buah.
Keempat, pengorbanan tanpa pamrih sang bunga. Bahwa manakala dia harus gugur dan rontok ke tanah, sebuah pengorbanan besar tanpa pamrih ia lakukan, yaitu dengan membiarkan dirinya hancur terurai, kemudian menjadi pupuk penyubur bagi tanaman yang ada di sekitarnya. Pesan penuh makna nilai kasih sayang ini hendak disampaikan kepada kita yang hidup ini. Manakala dalam keadaan serba kekurangan, bahkan ketika penderitaan datang, dia masih sempat membuat hidup lebih bermanfaat untuk makhluk lain.
Umat sedharma yang berbahagia. Di dalam diri kita, sudah ada bibit kasih sayang dan kedamaiaan. Dia akan tumbuh ketika manusia dalam kesehariannya rajin menyirami bibit kasih sayang dan kedamaiaan, serta berhenti menyirami bibit kebencian dan kemarahan.
Salah satu jalan menumbuhkan bibit kasih sayang dan kedamaian adalah cinta kasih. Dengan sentuhan hangat kasih sayang, tidak seharusnya kita saling membenci, dan tidak mesti ada persaingan dengan menyakiti orang lain. Bila bibit kasih yang kita tanam kemudiaan diairi dengan siraman keikhlasan, serta dipupuk dengan keheningan, maka suatu saat akan mekar bunga-bunga kebahagiaan sejati.
Demikian tadi pesan dharma yang dapat saya sampaikan bagi umat sedharma. Tentunya, tersirat di dalam lubuk hati yang paling dalam akan sebuah harapan agar Dharma Wacana ini bisa menjadi bahan perenuangan untuk kita semua, paling tidak apa yang menjadi judul dari materi tersebut bisa terwujud, dengan mengajak semua umat untuk menebarkan kedamaian dengan ajaran cinta kasih.
Terima kasih. Om Santhi, Santhi, Santhi, Om
I Wayan Hendra Purnawan (Penyuluh Agama Hindu Non PNS Kankemenag Kabupaten Tabanan)
No comments:
Post a Comment