Breaking

"BAHAYA MASIH MENGANCAM"
"JANGAN KENDOR! TETAP JALANKAN PROTOKOL KESEHATAN"

Friday, November 20, 2020

Pengamat Rudi Rubiandini: Sudah Saatnya, Saat Ini Indonesia Mendirikan PLTN

Pengamat energi, Prof. Dr.-Ing. Ir. Rudi Rubiandini R.S. sebagai narasumber dalam Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir (SENTEN) 2020

JAKARTA.BM- Pengamat energi, Prof. Dr.-Ing. Ir. Rudi Rubiandini R.S. sebagai narasumber dalam Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir (SENTEN) 2020, melalui konferensi video Zoom dan YouTube Humas BATAN pada Rabu (18/11) menyampaikan bahwa sudah saatnya Indonesia mendirikan PLTN sebagai sumber energi yang mampu diandalkan di masa depan.

“Yang terjadi hari ini, kita menikmati  minyak dan gas bumi karena orang-orang tua kita sudah melakukan ekplorasi  dan eksploitasinya sejak lama. Sekarang bagian kita, untuk menanam energi bagi anak cucu kita, yaitu dengan pembangunan PLTN maupun EBT lainnya agar di kemudian hari anak cucu kita bisa menikmati energi dengan baik,” kata Rudi.

Rudi Rubiandini menyampaikan bahwa kita harus menatap ke depan, berpikir jangka panjang  untuk anak cucu kita. “Cara berpikir untuk jangka panjang tersebut harus dimulai hari ini, walaupun kita harus melakukan yang namanya subsidi,” ujarnya.

“Jangan khawatir, kita pernah mensubsidi minyak berpuluh puluh tahun lamanya, mensubsidi LPG, juga mensubsidi biofuel itu sekarang berapa besar. Mengapa kita tidak berpikir juga untuk mensubsidi PLTN?,” lanjut Rudi.

Menurut Rudi, konsumsi energi Indonesia pada tahun 2018 sebanyak 89% dipenuhi dari energi fosil, yaitu minyak, gas dan batubara, sementara  11% dari energi baru dan terbarukan (EBT). Sedangkan pada tahun 2050, dikutip Rudi dari data Dewan Energi Nasional, diperkirakan kebutuhan energi Indonesia akan mencapai 3 kali lipat dibanding tahun 2020.

Sementara itu disampaikan juga oleh Rudi bahwa cadangan minyak di Indonesia tidak besar dibandingkan dengan negara lain di dunia. “Jangan menganggap kita kaya minyak, dibandingkan dengan yang ada di dunia  kita kecil. Gas juga demikian dan umurnya cuma 40 tahun, batubara usianya kira-kira hanya 60 tahun lagi,” ujar Rudi. “Sekarang ini kita sudah impor minyak, sebentar lagi gas tahun 2024 impor, sementara batubara yang saat ini kita ekspor lama-lama akan habis,” lanjut Rudi.

“Itu artinya, adanya kesempatan yang sangat besar bagi pengembangan EBT termasuk nuklir untuk mengisi kebutuhan energi yang sangat tinggi dan terus meningkat di Indonesia”, katanya. Namun demikian menurut Rudi penggunaan EBT di dunia, termasuk di Indonesia, dari dulu sampai sekarang porsinya kecil. “EBT nuklir itulah menurut saya yang menjadi sangat menarik. Yang bisa memberikan angka besar, sekaligus “ bleg”, ya PLTN,” ujarnya.

Oleh karena itu menurut Rudi, pada 2050 energi nuklir sudah harus berperan di Indonesia. Itu artinya tahun 2030 sudah harus mulai menghasilkan listrik. “Tetapi untuk mulai di 2030 menghasilkan energi listrik, maka kira-kira tahun 2020 sudah harus mulai membangun, karena kita perlu waktu 10 tahun untuk persiapan segala macamnya,” kata Rudi.

Rudi mengatakan, kekurangan energi  tidak bisa dijawab dengan “penghematan” karena posisi ekonomi Indonesia yang masih harus tumbuh untuk mengejar ketertinggalan. Maka usaha “pemenuhan” energi menjadi satu-satunya jalan.

 “Solusi PLTN 10 tahun ke depan itu sudah bukan lagi menjadi pilhan terakhir, tetapi itu urgent, harus dilakukan,” kata dia. “Untuk 10 tahun ke depan bagi PLTN adalah hari ini. Oleh karena itu dalam kesimpulan saya, hari ini itu sudah “kebelet” membangun PLTN,” pungkasnya. (my)
 

Baca Juga

# Gan | Humas Batan

No comments:

Post a Comment

" Klik! Informasi yang Anda Butuhkan "



"Prakiraan Cuaca Rabu 24 April 2024"




"BOFET HARAPAN PERI"

SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS