Breaking

"BAHAYA MASIH MENGANCAM"
"JANGAN KENDOR! TETAP JALANKAN PROTOKOL KESEHATAN"

Monday, March 6, 2023

Mimbar; Penguatan Nilai Kearifan Lokal untuk Jaga Kerukunan

Dr. I Nyoman Slamet, S.Pd., M.Si (Dosen STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah)


Om Swastyastu. Sahabat Palita Dharma di mana pun berada. Mimbar Hindu Kemiri ini mengangkat tema: “Penguatan Nilai Kearifan Lokal untuk Menjaga Kerukunan”.  

Sahabat Pelita Dharma yang saya cintai. Berbicara tentang kerukunan, apalagi dikaitkan dengan upaya penguatan nilai dan kearifan lokal, bukanlah sesuatu yang mudah, tetapi juga bukan sesuatu kondisi yang sulit jika kita memiliki niat untuk mewujudkannya secara bersama.

Kita tinggal dan berada di Indonesia yang memiliki keberagaman suku, agama, adat istiadat, bahasa, kesenian, budaya, ritual-ritual adat dan tradisi, serta banyak lagi perbedaan-perbedaan lainnya. Keanekaragaman yang ada merupakan bentuk dari kekayaan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia yang mungkin tidak semua negara memiliki kekayaan seperti kita. 

Jika kita sebagai generasi tidak mampu menjaga semua ini dan tidak mampu menjadikan perbedaan itu sebagai perekat persatuan dan kerukunan, maka pasti akan menjadi salah satu ancaman terhadap pelestarian keragaman budaya dan akan menimbulkan perpecahan di antara kita. Perpecahan ini biasanya terjadi karena ada gesekan antar masyarakat, atau konflik-konfilk dalam skala kecil, yang pada akhinya bisa menjadi besar karena adanya gurauan-menyerang dari pihak yang menginginkan perpecahan di negara yang kita cintai. 

Perbedaan-perbedaan yang ada itu janganlah kita jadikan sebagai sekat pemisah bagi persatuan tapi justu menjadikan kita lebih menghormati kearifan lokal yang begitu banyak di negara kita ini.

Berbicara soal penguatan nilai kearifan lokal dalam menjaga kerukungan maka sudah barang pasti kita harus bisa mengetahui apa itu keatifan lokal. kenapa kearifan lokal perlu dijaga, dan sebagainya.

Kearifan lokal adalah nilai-nilai, norma, hukum-hukum dan pengetahuan yang dibentuk oleh ajaran agama, kepercayaan-kepercayaan, tata nilai tradisional dan pengalaman-pengalaman yang diwariskan oleh leluhur yang akhirnya membentuk sistem pengetahuan lokal yang digunakan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan sehari-hari hari oleh masyarakat. 

Secara umum Bangsa Indonesia pada dasarnya adalah bangsa yang menjunjung tinggi kerukunan, gotong-royong, saling membantu, rasa persaudaraan, dan ramah tamah dan berbudaya. Inilah bentuk-bentuk kearifan lokal yang perlu dijaga secara terus menerus. Kearifan-kearifan lokal yang ada di masing-masing daerah misalnya: masyarakat Ambon, Katong samua basudara (Kita semua bersaudara); Yogyakarta/ Jawa Tengah, alon-alon asal kelakon (pelan-pelan akan terlaksana/terwujud); masyarakat Kaili, Sulawesi Tengah, masintuvus kita marisi, morambanga kita maroso (bersatu kita kuat, bersama kita kokoh), Nosarara Nosabatutu (bersaudara kita bersatu) dan slogan Riumba Tana ri Jeje,

Jika kita berbicara soal kerukunan maka pasti akan berkaitan dengan tujuan hidup, kebahagiaan, kedamaian dan kesejahteraan bersama. Hal ini juga selaras dengan Ajaran Weda, yang menjelaskan bahwa: “Om samani wa akutih. Samana hrdyani wah. Samanam astu wo. Mano yatha wah sasahasati”

Artinya : Ya Tuhan, tuntunlah kami agar sama dalam tujuan, sama dalam hati, bersatu dalam pikiran hingga dapat hidup bersama dalam sejahtera dan bahagia. 

Pesan yang terkandung dalam ajaran Weda tersebut adalah bahwa kebahagiaan hidup akan tercapai jika antarmasyarakat bersama-sama mewujudkan persatuan, kedamaian dan kesejahteraan. Walaupun ada perbedaan, namun karena adanya kesadaran untuk mencapai satu tujuan, yakni kesejahteraan dan kebahagiaan, ketenangan hati, kebahagiaan akan tercapai atas karunia Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Kearifan lokal yang dipegang oleh masyarakat Indonesia ternyata sejalan dengan sesanti dalam Hindu “Vasudhaiva Kutumbakam”, “Tat Twam Asi”, dan Bhinneka Tunggal Ika” Oleh karena itu, dengan memegang teguh nilai-nilai kearifan lokal, maka kerukunan, kedamaian dan kebahagiaan akan terwujud . 

Sahabat Pelita Dharma yang saya cintai. Demikianlan Wacana Dharma singkatnya pecan ini. Semoga dapat menginspirasi kita dalam menjalani kehidupan, terutana dalam upaya penguatan nilai kearifan lokal serta dapat mengimplementasikan dalam kehidupan kita menuju masyarakat yang damai dan sejahtera. 

Terima kasih atas perhatiannya, mohon maaf bila ada kekurangan dan kesalahan, sampai jumpa di Pelita dharma pada kesempatan berikutnya. Akhirnya saya tutup wacana dharma ini dengan puja parama santih. Om Santih Santih Santih Om.

Dr. I Nyoman Slamet, S.Pd., M.Si (Dosen STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah)

Baca Juga

No comments:

Post a Comment

" Klik! Informasi yang Anda Butuhkan "



"Prakiraan Cuaca Rabu 24 April 2024"




"BOFET HARAPAN PERI"

SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS