Breaking

"BAHAYA MASIH MENGANCAM"
"JANGAN KENDOR! TETAP JALANKAN PROTOKOL KESEHATAN"

Thursday, November 18, 2021

Putra Muammar Gaddafi, Saif al-Islam Maju Jadi Calon Presiden Libya di Pilpres 24 Desember

Saif al-Islam al-Gaddafi putra Muammar al-Gaddafi mendaftarkan diri jadi calon presiden Libya untuk pemilihan tanggal 24 Desember.(Reuters: Khaled Al-Zaidy/Handout)

 
BENANGMERAHNEWS.COM- Putra mantan diktator Libya Muammar Gaddafi, Saif al-Islam, muncul ke depan publik untuk pertama kalinya dalam 10 tahun terakhir saat mendaftar menjadi calon presiden bagi pemilihan pada bulan Desember mendatang.

Pemilihan presiden dilakukan untuk mengembalikan keadaan Libya yang porak-poranda karena konflik sipil menyusul tumbangnya kekuasaan Muammar Gaddafi 10 tahun lalu.

Saif al-Islam al-Gaddafi, 49 tahun, muncul dalam rekaman yang dibuat oleh komisi pemilu umum hari Minggu (14/11), mengenakan pakaian tradisional dan turban, berkaca mata dan bercambang kelabu, menandatangani dokumen di kantor KPU di kota Sebha.

Saif Gaddafi akan menjadi orang yang paling terkenal dan juga paling kontroversial dalam pemilihan presiden Libya kali ini.

Namun, meski namanya sangat terkenal di Libya dan banyak menentukan kebijakan sebelum adanya revolusi yang didukung NATO di tahun 2011 yang menjatuhkan rezim Gaddafi, Saif al-Islam setelah itu tidak pernah terlihat lagi di depan umum selama hampir 10 tahun.


Saif al-Islam Gaddafi ketika diadili di pengadilan di kota Zintan tahun 2014.(Reuters: Stringer/File photo)

Menjalani pendidikan di salah satu universitas terkenal di Inggris, London School of Economics, dan fasih berbahasa Inggris, Saif al-Islam pernah dipandang oleh banyak pemerintahan lain sebagai tokoh yang bisa diterima dan tokoh Libya yang ramah kepada Barat sekaligus putra mahkota dari ayahnya.

Tetapi ketika pemberontakan terjadi pada tahun 2011 yang menumbangkan kekuasaan ayahnya setelah memerintah sejak tahun 1969, Saif al-Islam memilih untuk membela keluarga dan suku asalnya dengan mengorbankan persahabatan dengan negara-negara Barat.
 
Kepada kantor berita Reuters, Saif ketika itu mengatakan "kami berjuang di sini di Libya, kami akan mati di sini di Libya".

Libya rencananya akan menggelar Pemilihan Presiden pada 24 Desember mendatang, hari yang sudah disepakati oleh berbagai faksi yang ada dan kekuatan asing. Tapi apakah pemilihan itu akan terjadi masih diragukan karena aturan pemilihan masih belum disepakati.

Dalam konferensi besar yang diselenggarakan hari Jumat (12/11) di ibu kota Prancis, Paris, disepakati bahwa akan ada sanksi bagi siapa saja yang bermaksud menghalangi pemilihan.

Kini enam pekan menjelang hari pemilu masih belum ada kesepakatan mengenai aturan mana yang akan digunakan.

Meski Saif al-Islam Gaddafi akan berusaha mengingatkan kembali akan kekuasaan ayahnya sebelum revolusi di tahun 2011 sebagai masa-masa kejayaan negeri itu, para pengamat mengatakan Saif tidaklah serta merta menjadi tokoh favorit untuk memenangkan pemilihan.

Saif al-Islam Gaddafi menghadiri Festival Film Berlin di Jerman tahun 2008.(AFP: Peer Grimm/DPA/File photo)

Masa kekuasaan Muammar Gaddafi juga dilihat sebagai salah satu masa kepemimpinan diktatorial yang kejam di Libya. Saif dan mantan pemimpin rezim sebelumnya juga sudah lama tidak muncul di hadapan publik sehingga akan membuat mereka sulit untuk menggalang dukungan.

Muammar al-Gaddafi ditangkap di kota kelahirannya Sirte oleh pejuang oposisi di bulan Oktober 2011 dan kemudian ditembak mati.

Saif al-Islam ditangkap beberapa hari kemudian oleh para pejuang di kawasan pegunungan Zintan ketika dia berusaha melarikan diri dari Libya ke Niger.
Putra Gaddafi lainnya baru dibebaskan dari penjara

Muncul setelah hampir 10 tahun, Saif al-Islam masih belum banyak diketahui oleh warga Libya lainnya dalam soal pandangan politik dan yang lain.

Para pejuang Zintan menahannya selama lebih dari enam tahun.

Saif diwawancarai oleh harian The New York Times beberapa bulan lalu namun tidak pernah muncul langsung di depan publik untuk berbicara langsung dengan warga Libya.

Hal yang mempersulit ambisinya menjadi presiden adalah Saif al-Islam diadili secara absentia (tanpa hadir langsung) oleh pengadilan Tripoli di tahun 2015 di mana dia muncul lewat rekaman video dari Zintan.

Saif dijatuhi hukuman mati karena kejahatan perang termasuk melakukan pembunuhan terhadap para pengunjuk rasa dalam pemberontakan di tahun 2011.

Besar kemungkinan ia akan ditahan atau menghadapi ancaman lain bila dia muncul di ibu kota Tripoli.

Saif juga dicari oleh Pengadilan Kejahatan Internasional (International Criminal Court) di Belanda.

Sementara putra Muammar Gaddafi lainnya baru saja dibebaskan dari penjara bulan September lalu, 10 tahun setelah berakhirnya kekuasaan ayahnya.

Media lokal melaporkan Saadi Gaddafi dibebaskan setelah seluruh tuduhan terkait kejadian tahun 2011 dicabut, di mana ketika itu Saadi memimpin brigade khusus yang ditugaskan menangani pemberontakan.
 
Sumber; Lihat Disini!
 

Baca Juga

#Gan | Reuters/ ABC

No comments:

Post a Comment

" Klik! Informasi yang Anda Butuhkan "



"Prakiraan Cuaca Rabu 24 April 2024"




"BOFET HARAPAN PERI"

SELAMAT DATANG DI SEMOGA ANDA PUAS